Bukan
untuk mencari kedudukan, pankat, kekayaan, ingin populer, ingin dipuji
orang lain dan lain-lain. Dengan kata lain seluruh gerak gerik kita
hendaknya diniati untuk beribadah. Semestinya itulah satu-satunya niat,
jangan sampai ada niatan yang lain. Bekerja pun termasuk ibadah jika
dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh keridhoan-Nya.
Bekerja
memang amal duniawi namun jika diniati dengan ikhlas dan semata-mata
berharap akan keridhoan-Nya akan mendapatkan pahala dan bernilai ibadah.
Sebaliknya ada amal-amal spiritual (sholat, puasa, zakat,dsb) yang
tidak akan mendapatkan apa-apa kalau diniati bukan kepada
Allah,melainkan kepada orang lain.
Bukan bentuk amalnya, namun
niatnya yang lebih penting.Bahkan bekerja yang diniati dengan ikhlas
sama nilainya dengan berjihad di jalan Allah. Kalau niat bekerja karena
keikhlasan hati, maka aktivitas tersebut merupakan sarana mendekatkan
diri kepada Allah. Sebab, hanya orang-orang yang ikhlaslah yang dapat
mendekatkan diri kepada-Nya. Allah mendekat-kan diri-Nya kepada
orang-orang yang menjadikan ia sebagai tujuan terakhir dalam hidupnya.
Bekerja
telah menjadi konsekuensi logis karena adanya kehidupan. Orang harus
bekerja untuk mampu mempertahankan hidupnya. Dan Allah pun memberi jalan
yang mudah kepada manusia agar bisa mencukupi tanpa mengalami kesulitan
yang berarti. Kalau toh ada kesulitan, kesulitan itu akan bisa
dipecahkan pada akhirnya.
Allah pun mengecam orang-orang yang
hanya sibuk sholat di masjid tetapi melupakan kewajiban duniawinya
sehingga anak istrinya menderita karena ia tidak bekerja. Seorang
manager kelas dunia tidak boleh menjadikan kapasitasnya tersebut semakin
melupakan Tuhan, tetapi sebaliknya semakin dekat kepada-Nya.
Ia
harus menjadikan Tuhan sebagai puncak tertinggi tujuan hidupnya. Ia
harus mewarnai dunia kerja-nya dengan amaliah-amaliah bernilai ibadah.
Tetapi sesungguhnya tidak ada garis pemisah antara bekerja dengan
beribadah.
Manusia bisa melakukan keduanya sekaligus sekali lagi
tergantung pada niatnya.Hanya orang-orang yang banyak bicara dan kurang
memahami hakekat bekerja yang cenderung membuat garis pemisah antara
bekerja dengan beribadah. Mereka itulah orang yang tidak
melatarbelakangi niatnya bekerja semata-mata untuk Allah, tetapi untuk
yang lain. Karena itu mereka tidak memperoleh apa-apa kecuali apa yang
diniati tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar